Book Review: Caffe 049 oleh December Daisy
Judul:
Caffe 049
Penulis:
December Daisy
Penerbit:
Penerbit Clover
Tebal:
192 halaman
ISBN:
9786024284862
Rate: 🌟🌟🌟🌟🌟
Blurb:
[DIJUAL CEPAT! SEBUAH BANGUNAN DUA LANTAI, LUAS 386m²
di daerah Seogyo.]
Begitulah sebuah pengumuman singkat yang ia pasang di
salah satu halaman iklan website penjualan properti bersama dengan foto
bangunan tersebut. Itu adalah sebuah iklan penjualan sebuah bangunan tua bekas
kafe peninggalan orangtuanya. Perasaannya menjadi gelisah setiap kali mengawasi
deret iklan tersebut.
Apa yang Mooyoung harapkan dari iklan ini?
Apakah dengan begini ia dapat melupakan seluruh
kenangan menyakitkan mengenai mereka?
Tapi, mengapa hal ini tidak berjalan seperti
keinginannya?
Siapa ketiga orang yang menggunakan bangunan kafe
milik orangtuanya?
Mengapa mereka mengatakan ini adalah tempat milik
mereka?
Siapa juga First Snow?
Mengapa ia seperti mengenal Mooyoung dengan baik?
Review:
Cerita tentang kopi dengan kehilangan, kenangan, dan
melepaskan💙.
Jang Mooyoung kehilangan kedua orangtuanya ketika ia
berumur 15 tahun di malam Natal. Pria yang kini berumur 23 tahun itu ingin menghapus
semua kenangannya dengan orangtuanya, termasuk sebuah bangunan dua lantai bekas
caffee peninggalan orangtuanya. Setelah mencoba untuk menjualnya melalui agen
perantara dan berakhir geram, Mooyoung pun mengunggah artikel pada sebuah
website iklan.
Tanpa menunggu lama, seseorang beralamat email
first.snow@naver.com ternyata berminat dengan tawarannya itu. Saat diajak
bertemu, Mooyoung ragu. Karena, alasan ia awalnya menjual bangunan itu melalui
agen perantara adalah agar tidak bertemu langsung dengan orang. Mooyoung juga
tak ingin kembali ke bangunan yang penuh memori akan orangtuanya itu.
Mooyoung benar-benar benci dengan kopi. Mencium baunya
saja bisa membuat Mooyoung jadi mual. Namun, kehadiran tiga orang yang ternyata
memakai gedung peninggalan orangtua Mooyoung tanpa izin dan menjadikannya kafe
itu, berusaha menyadarkan Mooyoung akan arti kopi.
***
“Apakah kau pernah menangisi kepergian seseorang untuk selamanya?” – hlm 72
Kehilangan orang yang dicintai memang berefek besar,
ya. Karena orangtua Mooyoung terobsesi dengan kopi, ia jadi membenci kopi. Dan
sekarang Mooyoung benar-benar trauma jika dekat-dekat yang namanya kopi dan
kafe😱.
“Manusia itu makhluk yang paling egois, bahkan di saat seseorang meninggal sekalipun. Kau akan menangis hanya karena mereka tak lagi berada di sisimu untuk bisa memenuhimu dengan sesuatu yang mereka telah sediakan selama ini.” – hlm 73
Kehadiran seseorang dengan email bernama First Snow
yang ingin membeli bangunan ini, menemani Mooyoung (melalui email) yang kerap
kebingungan mengapa orang-orang sangat menikmati kopi. Mooyoung merasa sosok di
balik email first.snow@naver.com ini seperti mengenalnya. Umur mereka saja sama.
(First Snow awalnya menebak umur Mooyoung dan ternyata benar!). Bahkan,
pertanyaan yang dikirimnya bisa membuat Mooyoung kepikiran terus. Membaca email
mereka, dua orang yang belum pernah bertemu, memberi kesan yang berbeda saat
membacanya. Misterius, tapi juga hangat.
Lalu, di buku ini diselipkan beberapa adegan
flashback. Salah satu contohnya ialah tentang Mooyoung dulu sewaktu masih di
panti asuhan. Suatu kejadian terjadi. Dan ternyata, kejadian itu lah yang
mengubah Mooyoung menjadi sosok yang datar–tidak lagi menunjukkan perasaan
melalui ekspresi wajahnya.
“Kopi adalah bagian dari seni kehidupan, mengingatkan mereka pada kehidupan. Setiap kali kau mengecapnya, akan ada rasa yang berbeda dan baru.” – hlm 149
Pembaca juga diberi tahu sekilas, beberapa pengetahuan
tentang kopi. Seperti cara membuatnya. Kopi yang dibuat dengan bahan yang sama,
alat yang sama, cara yang sama, tapi oleh orang yang berbeda, maka rasanya
pasti berbeda.
Aku dibuat terharu. Nangis beneran, loh😢😭.
The writing is so lovely💙.
Penyampaiannya ringan, dan dialognya juga enak dibaca. Karena ini settingnya di
Korea Selatan, jadi nama-namanya ada tambahan yang untuk sapaan gitu (apa ya
namanya?😅).
Aku suka banget sama ceritanya. Ceritanya menyentuh.
Banyak pesan-pesan moralnya juga. Walaupun aku (sepertinya) baru kali ini baca
cerita yang memiliki setting di Korea Selatan, aku nggak merasa susah kok
bacanya. Juga ada info-info sekilas tentang budayanya. Di bagian bawah halaman
ada catatan kaki alias foot note. Jadi, bagi pembaca yang belum tahu atau
terbiasa dengan settingan Korea Selatan nggak bakal bingung.
Sukses bikin aku nangis di bagian-bagian akhir.
Emosional banget, deh, pokoknya. And, the plot twist!!!
Tidak ada komentar: